Moses Kilangin Timika Airport

 Bandara Mozes Kilangin Timika telah beroperasi sejak tahun 1970. Awalnya Bandara ini hanya terbuat dari tanah yang didarati pesawat terbang perintis.



Dalam perjalanan selanjutnya sekitar tahun 1990-an landas pacu Bandara ini diperpanjang dan diaspal.
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi di Timika, tahun 1998 Dirjen Perhubungan Udara menerbitkan surat keputusan bahwa Bandara Timika dapat dipergunakan sementara untuk penerbangan komersial. Surat keputusan Dirjen Perhubungan tersebut dikuatkan dengan SK Menteri Perhubungan RI. 2002 nama Bandara Timika berubah menjadi Bandara Mozes Kilangin Timika. Pemberian nama Mozes Kilangin pada Bandara Timika untuk mengenang jasa almarhum Mozes Kilangin, tokoh perintis yang terlibat aktif mendampingi Forbes Wilson dan kawan-kawan saat melakukan eksplorasi ke gunung biji (Ertsberg), cikal bakal tambang PT Freeport Indonesia sekarang ini. 
 Bandara Mozes Kilangin Timika merupakan bandara khusus milik PT Freeport Indonesia yang mendapat izin dari Kementerian Perhubungan untuk dapat digunakan bagi penerbangan pesawat-pesawat komersial. Saat ini jumlah penumpang yang berangkat dan tiba melalui Bandara Mozes Kilangin Timika setiap hari mencapai 400 orang, 300 penumpang penerbangan komersial Garuda Indonesia, Merpati Nusantara Airlines dan 100 penumpang penerbangan pesawat Airfast yang khusus mengangkut karyawan PTFI.

Bandar Udara Mozes Kilangin Timika sejak 2008 telah dipasang peralatan instrumen sistem pendaratan (instrumen landing system) yang akan membantu pesawat agar dapat mendarat secara aman dan nyaman.
Penerbangan perintis ke wilayah pedalaman; Agimuga, Enarotali, Asmat, Puncak jaya, dll,  dari Timika secara reguler dilayani dengan pesawat dari maskapai AMA, Susi Air, Trigana,  berpenumpang tujuh sampai 12 orang. Namun, penerbangan ke wilayah yang berada di kawasan pegunungan itu biasanya dilakukan setiap hari hingga  dalam seminggu.