Kuala Kencana adalah sebuah distrik di Kabupaten Mimika, Papua, Indonesia. Diresmikan pada 5 Desember 1995 oleh Presiden Soeharto, distrik ini dikelola sepenuhnya oleh PT. Freeport Indonesia. Kuala Kencana merupakan kota pertama di Indonesia yang memiliki sistem saluran air kotor yang lalu disalurkan ke pusat pengelolaan limbah. Terdapat tiga kompleks pemukiman di Kuala Kencana: RW A atau Bumi Satwa Indah, RW B atau Tirta Indah, dan yang terakhir adalah Bachelor's Quarter.
HOTEL Timika Indah Tinggal bersama kami, serasa di rumah sendiri jl. A. Yani, Kebun sirih, Timika-Papua, Indonesia Reserv.: 081240012345, email; vincentdepan@yahoo.com Fasilitas; - Kamar AC - Air panas - TV Channels - Ruang pertemuan max. 200 orang - Coffeshop - Free Breakfast - Wi Fi, free
Kamis, 21 April 2011
Suku Amungme
Orang Amungme memang orang gunung (High-Land) yang tidak bisa dilepaskan dari gunung, hutan, sungai dan tanah. Bagi orang Amungme tanah mempunyai arti begitu menyatu dan mendalam dengan kehidupan lahir batinnya dan mengidentifikasikan tanah sama dengan ibunya. ORANG Amungme adalah pejalan kaki tangguh. Mereka terbiasa naik turun gunung sambil membawa beban. Alam sudah membentuk otot kaki mereka menjadi kuat. Saat menempuh perjalanan mereka hanya membawa wi (tas) berisi rokok, pisau dan ubi.
Suku Amungme adalah bagian dari suku bangsa di Papua yang mendiami beberapa lembah luas di kabupaten Mimika dan Kabupaten Puncak Jaya antara gunung-gunung tinggi yaitu lembah Tsinga, lembah Hoeya, dan lembah Noema serta lembah-lembah kecil seperti lembah Bella, Alama, Aroanop, dan Wa. Sebagian lagi menetap di lembah Beoga (disebut suku Damal, sesuai panggilan suku Dani) serta dataran rendah di Agimuga dan kota Timika.
Secara harafiah Amungme terdiri dari dua kata yang memiliki makna berbeda yaitu "amung" yang artinya utama dan "mee" yang artinya manusia, menurut legenda yang diwariskan turun temurun, konon orang Amungme berasal dari derah Pagema (lembah baleim) Wamena. Hal ini dapat ditelusuri dari kata kurima yang artinya tempat orang berkumpul dan hitigima yang artinya tempat pertama kali para nenek moyang orang-orang Amungme mendirikan honey dari alang-alang.
Orang Amungme percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama dari anak sulung bangsa manusia, mereka hidup disebelah utara dan selatan pegunungan tengah yang selalu diselimuti salju abadi yang dalam bahasa Amungme disebut nemangkawi (anak panah putih). Orang Amungme berasal dari suku Damal, keluarga besar eogam-e, anak sukunya adalah suku Delem yang hidup di sepanjang sungai Memberamo.
Tingkah laku dan watak orang Amungme identik dengan alamnya, mereka menggangap dirinya penakluk, pengusa serta pewaris alam amungsa dari tangan Nagawan Into (Tuhan). Kerasnya alam pegunungan telah membentuk karakter masyarakat Amungme menjadi keras, non kompromi, fair dan gentlemen serta selalu melakukan tindakan preventif dalam segala aktifitas.
Bahasa daerahnya ada dua yaitu Amung-kal yang digunakan oleh orang Amungme yang hidup disebelah selatan dan Damal-kal untuk orang Amungme yang hidup di sebelah utara, selain itu suku Amungme juga memiliki bahasa simbol yang berbeda dengan bahasa komunikasi sehari-hari yaitu Aro-a-kal adalah jenis bahasa simbol yang paling sulit dimengerti dan dikomunikasikan, serta Tebo-a-kal sebagai jenis bahasa simbol yang hanya diucapkan sewaktu berada di wilayah tertentu yang dianggap keramat.
Konsep mengenai tanah, manusia dan lingkungan alam mempunyai arti yang intergral dalam kehidupan sehari-hari. Tanah digambarkan sebagai figure seorang ibu yang memberi makan, memelihara, mendidik dan membesarkan dari bayi hingga lanjut usia dan akhirnya mati. Tanah dengan lingkungan hidup habitatnya dipandang sebagai tempat tinggal, berkebun, berburu dan pemakaman juga tempat kediaman roh halus dan arwah para leluhur sehingga ada beberapa lokasi tanah seperti gua, gunung, air terjun dan kuburan dianggap sebagai tempat keramat. Magaboarat Negel Jombei-Peibei (tanah leluhur yang sangat mereka hormati, sumber penghidupan mereka), demikian suku Amungme menyebut tanah leluhur tempat tinggal mereka.
Beberapa model kepemimpinan suku Amungme yaitu menagawan, kalwang, dewan adat, wem-wang, dan wem-mum, untuk menjadi pemimpin tidak ditentukan oleh garis keturunan, seorang pemimpin dapat muncul secara alamiah oleh proses waktu dan situasi sosial serta lingkungan ekologis yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan tradisonal pada tingkat budaya mereka sendiri.
Kontak pertama dengan dunia luar terjadi pada tahun 1936 ketika ekpedisi Carstensz yang pimpinan Dr.Colijn cs, melalui misi katolik pada 1954 yang dipimpin oleh Pastor Michael Cammerer dibantu penduduk lokal bernama Moses Kilangin dan pemerintah Belanda, sebagian besar masyarakat Amungme dipindahkan ke daerah pesisir, di Akimuga sampai saat ini, alasan pemindahan disebabkan proses penyebaran agama dan pelayanan terhadap masyarakat Amungme tidak mungkin dilakukan di daerah pegunungan.
Sebagai warga suku Amungme telah menetap di kota Timika dan sekitaranya karena proses permukiman kembali oleh PT. Freeport Indonesia (PTFI), selain larangan membuka perkampungan di dekat lokasi penambangan menyebabkan mereka bermigrasi ke Timika sebagai alternatif mencari pekerjaan. Penduduk Amungme khususnya yang berasal dari pegunungan Jayawijaya, telah mendapatkan fasilitas perumahan serta lahan perkebunan dari PTFI. Namun banyak pula yang akhirnya memilih tetap tinggal di kampung-kampung di sekitar pertambangan, yakni Kampung Banti, Waa, Tsinga, Arwanop
Umumnya suku Amungme telah menggunakan uang tukar resmi (rupiah) sebagai alat jual-beli, tidak lagi menggunakan sistem barter. Barang-barang yang dijual masih sangat terbatas, seperti: makanan pokok; petatas, keladi, umbi-umbian, minyak goreng, sayur-mayur, alat jahit-menjahit sederhana, dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari lainnya seperti garam, sabun dan rokok.
Saat ini budaya barter maupun alat tukar eral sudah tidak pernah lagi digunakan oleh sebagian besar suku Amungme yang tinggal di perkotaan atau berdampingan dengan budaya kota. Berbeda dengan masyarakat suku Amungme yang tinggal di pedalaman bagian Utara, yaitu di daerah pegunungan masih menggunakan eral.
Eral sendiri adalah sistem tukar - menukar barang dengan alat tukar sah yang diakui masyarakat Amungme, berupa kulit bia (siput). Kulit bia ini diperoleh dengan tukar-menukar barang dengan masyarakat yang tinggal di pantai. Setelah kulit bia diperoleh, mereka membawa pulang ke tempat tinggalnya di pedalaman dan membentuknya menjadi alat tukar suku.
Mata pencaharian suku Amungme umumnya berburu karena ditunjang faktor alam dengan berbagai jenis flora yang tumbuh lebat dan terdapat berbagai jenis fauna seperti babi hutan, burung kasuari, burung mambruk, kakaktua, dll, bertani dan bercocok tanam serta beternak, banyak di antara mereka telah bekerja di kota sebagai pedagang, pegawai maupun karyawan swasta. *
(WWW.lpmak.org)
Selasa, 19 April 2011
MATOA ,buah khas Mimika, Papua
Matoa (Pometia Pinnata) adalah tanaman khas Papua, termasuk famili Sapindaceae (keluarga rambutan-rambutanan), buahnya berbentuk bulat lonjong seukuran buah pinang, kalau mentah kulitnya berwarna hijau kalau mateng hijau agak kekuningan, kulitnya agak keras gitu. Rasanya rame.. menurut saya sih lebih mirip rasa durian.. padahal penampakan daging buahnya seperti kelengkeng atau leci,, manis rasanya.
Merupakan buah khas Papua, tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian.
Buah Matoa merupakan buah dengan kombinasi rasa yang begitu unik. Rasa rambutan, kelengkeng dan durian campur menjadi satu dalam daging buah yang kesat seperti rambutan. Sungguh buah yang unik.
Rasa buahnya “ramai”, dan susah didefinisikan, seperti antara rasa buah leci dan buah rambutan. Ada juga yang merasakannya sangat manis seperti buah kelengkeng. Ada yang bilang manis legit. Ada lagi yang merasakan aromanya seperti antara buah kelengkeng dan durian. Pendeknya, buah matoa berasa enak, kata mereka yang suka.
Mimika, Geografis dan Penduduk
Kabupaten Mimika sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Paniani dan Puncak Jaya, sebelah Selatan Laut Arafuru, sebelah Timur Kabupaten Merauke dan sebelah Barat Kabupaten Fakfak. Geografis, Kabupaten Mimika terletak antara 134°31’ - 138°31’ Bujur Timur dan 4°60’-5°18’ Lintang Selatan. Memiliki Luas wilayah 19.529 km2 atau 4,75% dari luas wilayah Provinsi Papua. Wilayah Kabupaten Mimika berbatasan langsung dengan Kabupaten Paniai, Dogiyai, dan Deyai di sebelah utara, Kabupaten Kaimana di sebelah Barat, Kabupaten Asmat dan Yahukimo di sebelah Timur, dan laut Arafuru di sebelah selatan. Kabupaten
Mimika berdiri tahun 2000. AWALNYA Mimika merupakan sebuah kecamatan dari wilayah administrasi Kabupaten Fakfak, berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1996, Kecamatan Mimika ditetapkan sebagai Kabupaten Administratif, kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999, Mimika menjadi Kabupaten Otonom. Saat ini Mimika terdiri dari 12 Distrik/Kecamatan. Distrik tersebut adalah : Distrik Mimika Baru, Kuala Kencana, Tembagapura, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Mimika Tengah, Mimika Barat, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat Jauh, Agimuga, Jila dan Jita.
Penduduk Kabupaten Mimika
Kabupaten Mimika yang terdiri dari 12 Dsitrik berdiri pada tahun 2000. Sebelumnya Kabupaten ini merupakan bagian dari Kabupaten Fak-Fak, Propinsi Papua barat. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Mimika (angka sementara) adalah 183.633 jiwa yang terdiri atas 103.809 laki-laki dan 79.824 perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut Distrik Mimika Baru, Kuala Kencana, dan Tembagapura merupakan 3 Distrik dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu masing-masing berjumlah 119.921 jiwa, 18.734 jiwa, dan 16.477 jiwa. Distrik dengan jumlah penduduk terkecil adalah Distrik Agimuga dengan jumlah penduduk 822 jiwa.
Perbandingan laki-laki dan perempuan atau sex ratio di Kabupaten Mimika adalah sebesar 130,5 persen. Angka sex ratio paling tinggi terdapat di Distrik Tembagapura yaitu 394.80, hal ini dikarenakan di Distrik Tembagapura terdapat 15.806 karyawan PT. Freeport Indonesia dan 99,76 persennya berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan angka sex ratio paling rendah terdapat di distrik Mimika Barat Tengah yaitu 105.61 persen. Secara keseluruhan angka sex ratio di seluruh distrik berada di atas angka 100 persen, yang artinya jumlah penduduk laki-laki di semua distrik lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk perempuan.
Dari hasil SP2010 diketahui laju pertumbuhan penduduk sebesar 4 persen per tahun. Distrik yang laju pertumbuhan penduduknya tertinggi adalah distrik Agimuga yakni 9 persen per tahun dan yang mengalami penurunan jumlah penduduk paling besar adalah distrik Mimika barat Jauh yakni 4 persen per tahun.
Dengan luas wilayah 19.592 Km2 yang didiami 183.633 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Mimika sebesar 9.37 jiwa/Km2. Distrik yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah distrik Mimika Baru yaitu 54.12 jiwa /Km2, sedangkan yang paling rendah adalah Distrik Agimuga yaitu sebesar 0.46 jiwa/Km2..
Mimika didiami oleh 7 suku, dua diantaranya suku asli, yaitu suku Amungme yang mendiami wilayah pegunungan dan suku Kamoro di wilayah pantai. Selain kedua suku tersebut masih ada lima suku kekerabatan lainnya, yaitu:
- Suku Dani (Lani)
- Suku Damal
- Suku Mee
- Suku Nduga
- Suku Moni
- Moto Daerah Kabupaten Mimika adalah "EME NEME YAUWARE" yang berarti "BERSATU, BERSAUDARA KITA MEMBANGUN". Moto tersebut merupakan penggabungan 2 bahasa dari 2 suku besar penduduk asli Kabupaten Mimika yakni Suku Amungme dan Suku Kamoro.
- EME artinya : Teman (bahasa Suku Amungme)
- NEME artinya : Berteman/bersaudara (bahasa Suku Amungme
- YAUWARE artinya : Semangat (bahasa Suku Kamoro)
Honai, hunian tradisional Papua
Honai adalah rumah khas Papua yang dihuni oleh Suku Dani. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak memiliki jendela. Sebenarnya, struktur Honai dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua.
Honai terdiri dari 2 lantai yaitu lantai pertama sebagai tempat tidur dan lantai kedua untuk tempat bersantai, makan, dan mengerjakan kerajinan tangan. Karena dibangun 2 lantai, Honai memiliki tinggi kurang lebih 2,5 meter. Pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang.Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para pria tidur pada lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur di lantai satu
Taman Nasional Lorentz
Taman Nasional Lorentz adalah sebuah taman nasional yang mencakup 2,5 juta hektar atau mencapai 25.000 km ² dan merupakan taman nasional terbesar di Asia Tenggara. Secara administratif, Taman Nasional Lorentz, terletak diKabupaten Paniai Jayawijaya, Mimika dan Kabupaten Kabupaten Merauke,Provinsi Papua, Negara Indonesia.
Sebagian besar Taman Nasional Lorentz masih merupakan hutan perawan yang belum terganggu keaslian alamnya, selain Taman Nasional Lorentz terdiri atas lembah dengan lereng curam dan terjal, dengan ketinggian antara 2.000 sampai 6.000 meter di atas permukaan laut, Puncak Jaya merupakan yang tertinggi .
Taman Nasional Lorentz merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keaneka ragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik. Taman Nasional Lorentz merupakan satu di antara tiga wilayah di dunia dengan gletser di daerah tropis,membentang dari puncak gunung (5030 meter di atas permukaan laut) yang diselimuti oleh salju hingga membujur ke perairan pesisir dengan hutan mangrovedan berbatasan dengan Laut Arafura.
Taman Nasional Lorentz memiliki keaneka ragaman hayati yang tinggi dan keaneka ragaman budaya juga sangat mengagumkan. Diperkirakan bahwa ada budaya daerah ini hidup berusia 30.000 tahun dan merupakan tempat tinggal suku-suku di Papua Barat adalah Dani, Asmat, Amungme, Nduga, dan Sempan.
Diperkirakan bahwa ada kelompok yang terisolasi , suku yang tinggal dihutan yang belum mengadakan hubungan dengan masyarakat modern. Pada tahun 1999, taman dinyatakan oleh PBB (United Nations) sebagai Situs Warisan Dunia yangmemiliki 43 jenis ekosistem serta daerah tropis yang memiliki gletser.
Sagu
Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Maluku dan Papua yang tinggal di pesisir. Sagu banyak ditemukan di pasar tradisional , dimakan dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam bentuk-bentuk yang lain. Sagu sendiri dijual sebagai tepung curah maupun yang dipadatkan dan dikemas dengan daun pisang. Selain itu, saat ini sagu juga diolah menjadi mi dan mutiara.
Masyarakat Papua tidak lepas dari sagu. Sebab, bahan makanan yang berasal dari tanaman keras ini memunyai peran sosial dan ekonomi. Budaya sagu Papua juga tidak lepas dari budaya leluhurnya. Bahkan dulu, untuk menokok sagu diawali dengan upacara penghormatan kepada nenek moyang. Hal ini agar hasil yang didapat merupakan sari sagu yang bagus dan memberi kesehatan warga.
Diperkirakan, sedikitnya terdapat ratusan ribu hektare lahan sagu tersebar mulai dari Bintuni, Mimika, Merauke, Waropen, Membramo, hingga Sentani. Tidak pelak, bila Papua merupakan provinsi penghasil sagu terbesar di Indonesia, bahkan terluas di dunia. Luas lahan sagu menghampar seluas 771.716 hektare atau sekitar 85 persen dari luas hutan sagu nasional.
Masyarakat Papua mengenal budidaya sagu secara turun-temurun. Hal tersebut meliputi pemilihan bibit, teknik penanaman, dan pengolahan hasil. Meski budidaya sagu masih bersifat konvensional yang mengandalkan kondisi alam, termasuk pada pengolahan hasil yang masih mengutamakan tenaga manusia.
Diperkirakan, sedikitnya terdapat ratusan ribu hektare lahan sagu tersebar mulai dari Bintuni, Mimika, Merauke, Waropen, Membramo, hingga Sentani. Tidak pelak, bila Papua merupakan provinsi penghasil sagu terbesar di Indonesia, bahkan terluas di dunia. Luas lahan sagu menghampar seluas 771.716 hektare atau sekitar 85 persen dari luas hutan sagu nasional.
Masyarakat Papua mengenal budidaya sagu secara turun-temurun. Hal tersebut meliputi pemilihan bibit, teknik penanaman, dan pengolahan hasil. Meski budidaya sagu masih bersifat konvensional yang mengandalkan kondisi alam, termasuk pada pengolahan hasil yang masih mengutamakan tenaga manusia.
Usia panen sagu terbilang pendek. Pada usia tanam dua hingga tiga tahun, sari patinya sudah dapat diambil. Sari pati tersebut berupa tepung berwarna putih. Lalu, biasanya, masyarakat Papua memadatkannya dan disimpan di dalam keranjang agar tahan lama. Setiap keranjang mampu menyimpan hingga 30 kilogram sagu. Proses menebang sampai mendapatkan pati sagu memerlukan waktu maksimal sepekan. Tergantung keterampilan masing-masing orang Papua.
Biasanya yang mencari sagu dan memasaknya adalah tugas kaum perempuan. Sebab dipandang tidak membutuhkan tenaga dan fisik ekstra. Apalagi mencari sagu di Papua tidaklah sulit. Sedangkan kaum pria bertugas mencari lauk sagu dengan menangkap hewan atau menombak dan menjaring ikan di hutan mangrove.
Setelah ditemukan, pohon sagu pun ditebang. Proses tersebut biasanya menghabiskan waktu sekitar satu jam. Kemudian menguliti batangnya sehingga mendapatkan sagu yang berada di dalam pohon. Bagian ini lalu diambil dan ditumbuk.
Cara menumbuknya menggunakan pangkur. Bentuknya mirip cangkul. Hanya saja, pada bagian ujungnya seperti tombak, melancip, dan lebih kecil. Proses menumbuk sagu ini sesuai nama alat yang dipergunakan, yakni memangkur. Hasilnya, sagu tersebut mirip ampas kelapa.
Lalu sagu dikumpulkan ke dalam sebuah wadah bambu yang sudah dibelah. Sagu selanjutnya dicampur air, lalu diperas. Air perasan inilah yang mengandung inti sagu. Selanjutnya, air perasan dibiarkan beberapa saat supaya inti sagu mengendap di dasar wadah. Perubahan warna air perasan dari putih menjadi jernih, pertanda inti sagu telah mengendap dan terpisah dari air.
Air kemudian pun dibuang. Sedangkan inti sagu dibentuk seperti bola tenis. Ada juga yang dibentuk memanjang mirip lontong. Sagu-sagu itu lalu mereka letakan dan bawa dengan tumang, keranjang yang terbuat dari rotan.
Sagu pun siap dimasak dengan cara dibakar. Sagu akan terasa lebih nikmat jika dimakan bersama sayuran jamur yang berasal dari ampas remasan sagu yang sudah busuk. Dari satu pohon sagu dapat dikonsumsi oleh 10 orang selama dua hingga tiga pekan. Bahkan, ada yang sampai satu bulan.mer/L-4
Biasanya yang mencari sagu dan memasaknya adalah tugas kaum perempuan. Sebab dipandang tidak membutuhkan tenaga dan fisik ekstra. Apalagi mencari sagu di Papua tidaklah sulit. Sedangkan kaum pria bertugas mencari lauk sagu dengan menangkap hewan atau menombak dan menjaring ikan di hutan mangrove.
Setelah ditemukan, pohon sagu pun ditebang. Proses tersebut biasanya menghabiskan waktu sekitar satu jam. Kemudian menguliti batangnya sehingga mendapatkan sagu yang berada di dalam pohon. Bagian ini lalu diambil dan ditumbuk.
Cara menumbuknya menggunakan pangkur. Bentuknya mirip cangkul. Hanya saja, pada bagian ujungnya seperti tombak, melancip, dan lebih kecil. Proses menumbuk sagu ini sesuai nama alat yang dipergunakan, yakni memangkur. Hasilnya, sagu tersebut mirip ampas kelapa.
Lalu sagu dikumpulkan ke dalam sebuah wadah bambu yang sudah dibelah. Sagu selanjutnya dicampur air, lalu diperas. Air perasan inilah yang mengandung inti sagu. Selanjutnya, air perasan dibiarkan beberapa saat supaya inti sagu mengendap di dasar wadah. Perubahan warna air perasan dari putih menjadi jernih, pertanda inti sagu telah mengendap dan terpisah dari air.
Air kemudian pun dibuang. Sedangkan inti sagu dibentuk seperti bola tenis. Ada juga yang dibentuk memanjang mirip lontong. Sagu-sagu itu lalu mereka letakan dan bawa dengan tumang, keranjang yang terbuat dari rotan.
Sagu pun siap dimasak dengan cara dibakar. Sagu akan terasa lebih nikmat jika dimakan bersama sayuran jamur yang berasal dari ampas remasan sagu yang sudah busuk. Dari satu pohon sagu dapat dikonsumsi oleh 10 orang selama dua hingga tiga pekan. Bahkan, ada yang sampai satu bulan.mer/L-4
Oleh-oleh Khas Timika, Herbal Sarang Semut
Mungkin masih banyak orang yang belum mengetahui khasiat dan manfaat sarang semut. Obat herbal khas pedalaman ini mungkin hanya terkenal di daerah Kalimantan atau Papua. Herbal ini dalam bentuk aslinya banyak ditemui di pasar Timika Papua , herbal ini memiliki berbagai manfaat yang baik untuk kesehatan. Berikut adalah manfaat dan khasiat sarang semut menurut Dr. Ir Ahkam Subroto seorang ahli bio tehnologi dari LIPI :
- MENYEMBUHKAN KANKER & TUMOR
- MEMPERBAIKI FUNGSI GINJAL
- MENCEGAH JANTUNG KORONER
- STROKE
- ASAM URAT
- AMBEIEN
- HAID DAN KEPUTIHAN
- MENINGKATKAN PRODUKSI ASI
- SAKIT MAAG
- PENYAKIT PARU-PARU (TBC)
Cara Meramu Serbuk Sarang Semut
- Siapkan:
- 1 sendok serbuk “sarang semut“
- 2 gelas air (500 ml)
- Saringan teh
- Panci yang tebuat dari stainless steel atau pyrex. Boleh juga menggunakan kendi atau panci dari tanah liat.
(jangan menggunakan panci alumunium karena bisa bercampur dengan ramuan) - Kompor
- Tuangkan satu sendok serbuk sarang semut ke dalam panci yang sudah berisi air
- Rebus serbuk sarang semut tersebut sampai mendidih, kemudian kecilkan apinya. Biarkan kurang lebih 15 menit (dari 2 gelas air menjadi 1 gelas), aduk sesekali bila diperlukan
- kurang lebih 15 menit (dari 2 gelas air menjadi 1 gelas), aduk sesekali bila diperlukan.
- Dinginkan hasil rebusan sarang semut tersebut, lalu saring.
- Ramuan siap diminum.
Hidangan Khas Timika, Karaka (kepiting) Timika
Kalau Anda penggemar berat kepiting, belum layak disebut maniak kepeting bila Anda belum menyatap kepiting super gede di kota Timika. Seafood memang menjadi idola kulinair Timika, meskipun letak pantai agak jauh dari pusat kota , tidak mengurangi minat masyarakat menyantap hidangan laut.
Buah Merah, berkasiat
Buah Merah (Pandanus conoideus) adalah buah tumbuh di semua wilayah Papua, khususnya di daerah pegunungan Jayawijaya (Wamena dan Kabupaten Tolikara),Jayapura, Manokwari, Nabire, Timika, dan Ayamaru Sorong. Tinggi tanaman dapat mencapai 16 meter dengan batang bebas dari cabang sendiri setinggi 5-8 m yang diperkokoh akar Tunjang di sisi batang bawah.
Mengapa buah merah akhir-akhir ini menjadi sangat populer? Tentu bukan karena buahnya yang berwarna merah, namun buah ini ternyata mempunyai kemampuan untuk membantu mengobati banyak penyakit.
Mengapa buah merah akhir-akhir ini menjadi sangat populer? Tentu bukan karena buahnya yang berwarna merah, namun buah ini ternyata mempunyai kemampuan untuk membantu mengobati banyak penyakit.
Jenis penyakit yang dapat diobati buah merah antara lain;
|
Cara Konsumsi Sari Buah Merah
1. Untuk menjaga kesehatan tubuh/kelelahan, cukup mengonsumsi dengan dosis 1 x 1 sendok makan sehari, pagi atau sore hari.
2. Untuk rematik, kolesterol, hipertensi dan stroke, cukup mengonsumsi dengan dosis 2 x 1 sendok makan.
3. Penderita kanker cukup mengonsumsi dengan dosis 3 x 1 sendok makan (level 2-4).
4. Penderita HIV/AIDS cukup mengonsumsi dengan dosis 3 x 1 sendok makan dan konsumsi protein hewani.
5. Penderita hepatitis dan serosis cukup mengonsumsi dengan dosis 2 x 1 sendok makan (pagi dan malam) setelah makan.
6. Untuk diabetes dan hati cukup mengonsumsi dengan dosis 2 x 1 sendok makan.
7. Khusus untuk kanker paru-paru cukup mengonsumsi dengan dosis 2 x 1 sendok makan sehari.
8. Anak-anak umur 2 - 5 tahun cukup mengonsumsi dengan dosis 1 sendok teh sehari, dan sangat dianjurkan sari buah merah tersebut dikonsumsi dengan madu.
2. Untuk rematik, kolesterol, hipertensi dan stroke, cukup mengonsumsi dengan dosis 2 x 1 sendok makan.
3. Penderita kanker cukup mengonsumsi dengan dosis 3 x 1 sendok makan (level 2-4).
4. Penderita HIV/AIDS cukup mengonsumsi dengan dosis 3 x 1 sendok makan dan konsumsi protein hewani.
5. Penderita hepatitis dan serosis cukup mengonsumsi dengan dosis 2 x 1 sendok makan (pagi dan malam) setelah makan.
6. Untuk diabetes dan hati cukup mengonsumsi dengan dosis 2 x 1 sendok makan.
7. Khusus untuk kanker paru-paru cukup mengonsumsi dengan dosis 2 x 1 sendok makan sehari.
8. Anak-anak umur 2 - 5 tahun cukup mengonsumsi dengan dosis 1 sendok teh sehari, dan sangat dianjurkan sari buah merah tersebut dikonsumsi dengan madu.
# Produk sari buah merah bisa dikonsumsi dengan obat dokter ( 1jam setelah mengonsumsi obat dokter)
# Produk sari buah merah sangat mudah untuk dikonsumsi, tinggal tuang sari buah merah pada sendok dan sari buah merah siap untuk diminum.
# Minumlah air putih sebelum dan sesudah mengonsumsi sari buah merah.
# Produk sari buah merah disarankan dikonsumsi setelah makan.
# Tutup dengan baik produk sari buah merah setelah anda gunakan untuk menghindari oksidasi.
# Produk sari buah merah sangat mudah untuk dikonsumsi, tinggal tuang sari buah merah pada sendok dan sari buah merah siap untuk diminum.
# Minumlah air putih sebelum dan sesudah mengonsumsi sari buah merah.
# Produk sari buah merah disarankan dikonsumsi setelah makan.
# Tutup dengan baik produk sari buah merah setelah anda gunakan untuk menghindari oksidasi.
Cara Penyimpanan Sari Buah Merah
Produk sari buah merah adalah produk murni dan alami tanpa bahan tambahan. Berdasarkan pada hasil analisa laboratorium, sari buah merah mempunyai kandungan antioksidan yang sangat tinggi yang berwarna merah (Beta Caroten) yang mana cukup sensitif terhadap temperatur. Oleh karena itu, produk sari buah merah harus diletakkan pada tempat dingin seperti di lemari es (bukan freezer-nya). Saat anda hendak mengonsumsinya, sangat dianjurkan supaya anda membiarkan dahulu diluar lemari es selama 20 menit, kemudian kocok dan produk siap dikonsumsi.
“HINDARKAN PRODUK SARI BUAH MERAH DARI KONTAK LANGSUNG DENGAN SINAR MATAHARI”sumber; http://www.buahmerahoil.com/cara-konsumsi-buah-merah.html
Langganan:
Postingan (Atom)